Gedung Biro Personel Polda Metro Jaya tampak ramai dalam beberapa hari terakhir ini. Meja dan kursi terlihat berjajar rapi di halaman gedung. Dua papan informasi berisi tempelan poster dan kertas pengumuman berdiri kokoh di samping deretan kursi. Polisi berpakaian dinas tampak berlalu lalang, sebagian lain duduk tegap di belakang meja.
Ketika hari menjelang siang, puluhan pemuda mulai berdatangan ke tempat itu. Sebagian besar dari mereka menggunakan kemeja putih dan celana hitam. Pemuda-pemuda itu menyemut di depan papan informasi. Beberapa di antaranya terlihat sedang berbincang-bincang dengan polisi.
Tidak lama kemudian mereka mengisi deretan kursi yang telah disediakan. Badannya membungkuk dan tangannya tampak asyik mengisi formulir yang diberikan polisi. Lembaran-lembaran berisi ijazah dan sertifikat mulai dikeluarkan dari dalam tas. Anak-anak muda itu sedang mengikuti pendaftaran taruna Akademi Kepolisian (Akpol) tahun ajaran 2008.
Salah satu dari puluhan pendafatar itu adalah Bayu Septian. Pemuda lulusan Fakultas Hukum Universitas Pancasila ini sudah mantap menjadi taruna. “Sejak kecil saya sudah bercita-cita menjadi polisi,” ujarnya ketika disapa Republika, Kamis (29/5). Dia pun menjalani proses pendaftaran dengan saksama. Semua persyaratan telah dipenuhi oleh pemuda berusia 23 tahun ini
Bayu tidak memiliki saudara atau kerabat yang berprofesi sebagai polisi. Dia mempunyai alasan tersendiri ketika memutuskan untuk mendaftar menjadi taruna Akpol. “Saya ingin menegakkan keadilan,” katanya mantap. Hal itu, lanjutnya, bisa dilakukan dengan menjadi anggota polisi dan menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Bayu menyadari saat ini polisi sedang menjadi sorotan masyarakat. Penyerbuan polisi terhadap Universitas Nasional (Unas) telah menyeret beberapa personel polisi sebagai tersangka. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat Bayu menjadi taruna Akpol. “Justru, saya jadi ingin memperbaiki citra polisi,” katanya.
Lain halnya dengan Jainal Abidin. Pemuda jebolan Universitas Teknologi Surabaya ini hanya mencoba peruntungan. “Ikut mencoba saja, mudah-mudahan lulus,” katanya. Meski tidak pernah bercita-cita menjadi polisi, namun Jainal tetap berminat menjalani profesi sebagai pebegak hukum ini.
Dia mengetahui adanya penerimaan taruna Akpol di Polda Metro Jaya melalui teman kuliahnya dulu. Sayangnya, ada persyaratan yang belum dimiliki Jainal. “Saya tidak punya lembar akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional,” katanya. Kondisi itu membuat Jainal harus kembali keesokan harinya.
Sedangkan, Bayu bersama puluhan pendaftar lainnya menuju meja pemeriksaan administrasi. Ada enam meja pemeriksaan yang harus dilalui Bayu dan rekan-rekannya. Di meja pertama, polisi mengukur tinggi dan berat badan pendaftar. Tinggi badan pendaftar pria minimal 163 sentimeter, sedang wanita 160 sentimeter.
“Lima meja berikutnya merupakan pemeriksaan persyaratan administratif,” kata Iptu Sri Utami, perwira polisi yang sedang bertugas. Pendaftaran taruna Akpol ini berlangsung sejak 19 Mei hingga 23 Juni 2008. Hingga Kamis, (29/5), jumlah pendaftar yang memenuhi syarat sudah berjumlah 30 orang.
Pendaftar yang memenuhi syarat berhak mengikuti ujian tertulis. Sri menambahkan, pendaftar taruna Akpol tahun ini memang sedikit berkurang dibanding tahun sebelumnya. “Jumlah pastinya saya tidak tahu, tapi kelihatannya berkurang,” kata Sri. Pasalnya, mulai tahun ini Polri hanya menerima pendaftar berijazah sarjana untuk menjadi taruna Akpol.
Meski demikian, lanjut Sri, antusias masyarakat terhadap penerimaan taruna Akpol ini cukup besar. Sudah ada ratusan orang yang datang untuk bertanya atau mencari informasi. “Ada pendaftar lulusan S2 dan lulusan luar negeri,” kata Sri. Beberapa di antaranya harus ditolak karena disiplin ilmunya berbeda dengan yang dipersyaratkan.
Sri menambahkan, penerimaan taruna Akpol ini sama sekali tidak dipungut biaya. Dari itu terlihat dari sebuah spanduk di salah satu bagian gedung Biro Personel. Spanduk itu berisi tulisan ‘Tidak Dipungut Biaya’ dalam ukuran besar dan warna mencolok. “Semua biaya pendaftaran dan pendidikan ditanggung oleh negara,” kata Sri.
Hal yang sama disampaikan oleh Kepala Biro Personel Polda Metro Jaya, Kombes Taufik Nurhidayat. Menurut dia, pihaknya akan menyelenggarakan pendaftaran taruna Akpol secara transparan dan akuntabel. “Jangan pernah memberikan uang kepada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” pesan Taufik kepada calon taruna dan orangtuanya.
Kelulusan dalam seleksi taruna Akpol ini, lanjutnya, ditentukan oleh kemampuan calon taruna itu sendiri. “Pemeriksaan ujian dilakukan seara komputerisasi,” kata Taufik. Selain itu, Polda juga diawasi oleh pengawas independen. Calon taruna dari Polda Metro Jaya hanya diambil 24 orang. Jumlah calon taruna dari seluruh Polda se-Indonesia berjumlah 300 orang. n c54
02 August, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment